
RUMAHCIEBON.ID – Masyarakat Cirebon tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon gayam. Pohon Gayam memiliki nama ilmiah Inocarpus fagifer, masuk dalam keluarga polong-polongan (Fabaceae).
Penamaan pohon gayam sendiri memiliki nama yang beragam di setiap daerah. Sosef dan Van der Maesen (1997) menjelaskan bahwa tanaman gayam memiliki berbagai nama lokal, seperti gayam (Jawa), gatet (Jawa Barat), gatep (Bali), bosua (Sulawesi Utara), angkaeng (Sulawesi Selatan), ghaja (Flores), polynesian chestnut (Inggris), kerepit, kopit (Malaysia), aila, dan lala (Papua New Guinea).

Untuk lebih mengenalnya, berikut ini klasifikasi tanaman gayam:
Kerajaan : Plantae;
Subkerajaan : Tracheobionta;
Super Divisi : Spermatophyta;
Divisi : Magnoliophyta;
Kelas : Magnoliopsida;
Sub Kelas : Rosidae;
Ordo : Fabales ;
Famili : Fabaceae;
Genus : Inocarpus;
Spesies : Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosberg.
Sinonim : Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosb., Inocarpus edulis J.R. & G. Forster, Aniotum fagiferum Parkinson, Bocoa edulis (J. R. Forst. & G. Forst.) Baill., Cajanus edulis (J. R. Forst. & G. Forst.) Kuntze.
Pohon gayam era tahun 90’an banyak ditemukan di daerah-daerah Kabupaten Cirebon terutama di daerah Palimanan, Klangenan, Jamblang sebagai wilayah persebaran alami pohon gayam.
Penampakan fisik pohon gayam tentunya dapat dibedakan dengan jenis pohon lainnya yang tumbuh di lingkungan kita.
Akar pohon gayam memiliki ciri khusus yaitu berupa akar papan atau juga dikenal dengan (buttress–rooted). Akar tersebut termasuk akar tunggang dengan perakaran yang dalam.

Batang gayam berwarna coklat keabuan dengan tekstur kasar , beralur memiliki serat-serat yang berpilin dan memiliki banyak cabang dengan arah percabangan mendatar.
Dengan karakteristik batang seperti itu menjadikan pohon gayam memiliki bentuk pohon yang menarik. Gayam memiliki daun spiral berbentuk bulat telur dengan permukaan daun bergelombang berwarna hijau tua.
Tipe bunga sempurna dengan berbentuk bulir,berwarna putih hingga putih krem Berbuah keras menyerupai bentuk ginjal, berwarna hijau saat muda dan warna kekuningan saat buah matang. Buah gayam juga dapat dikonsumsi sebagai upaya diversifikasi makanan.
Tanaman gayam dengan sistem perakaran papannya, menyebabkan pohon tidak mudah rebah dan mampu melindungi tanah dari gerusan air. Perakaran gayam mampu membelah tanah sehingga juga berfungsi sebagai biopori untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Schroth (1995) menjelaskan bahwa perakaran pohon memberi keuntungan dalam sistem agroforestri karena perakarannya mampu menahan air dan erosi permukaan, mampu memompa unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang dalam dan diangkut ke permukaan tanah dalam bentuk dedaunan yang gugur, memperbaiki permeabilitas tanah, dan mampu melakukan fiksasi nitrogen dari udara sehingga tanah menjadi subur.
Karakteristik lain pohon gayam adalah berumur panjang dengan tinggi pohon bisa mencapai 20-30 meter. Mampu hidup dengan baik di daerah dataran rendah dengan tipe tanah lempung maupun lempung berpasir.
Pohon ini dapat kita jumpai pada area tepian sungai, area rawa, area yang dekat mata air sehingga diduga memiliki kemampuan menyerap air yang kuat dari sekitarnya.
Seiring dengan semakin bertambah luasnya kasus kerusakan lahan dan ketersediaan air bersih yang semakin berkurang, pohon gayam menjadi salah satu pilihan dalam mengkonservasi lahan sekaligus mata air.
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Tim inventarisasi Balitek DAS (Balai Litbang Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS, Kementerian LHK) yang menyebutkan pohon gayam menjadi salah satu tanaman pelindung sumber air dan mendekatkan air ke permukaan tanah.
Dengan mengetahui karakteristik pohon gayam tersebut dan mengenal fungsi pohon gayam sebagai pelindung mata air.
Leave a Comment